admin pada SINTANG
29 Okt 2023 19:08 - 3 menit reading

Tantangan Pendidikan di Kabupaten Sintang: Kebutuhan Fasilitas yang Tidak Terpenuhi

SINTANG, RS – Anggota DPRD Sintang, Senen Maryono, mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi pendidikan di Kabupaten Sintang, khususnya dalam pelaksanaan proses asesmen intern di sekolah dasar. Mayoritas sekolah dasar masih menghadapi kendala fasilitas, memaksa mereka menumpang di sekolah lain untuk melaksanakan proses tersebut.

Senen Maryono menyoroti dampak negatifnya terutama bagi siswa-siswa sekolah dasar yang harus menghadapi kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Melakukan asesmen di sekolah yang tidak mereka kenal dapat memperparah kondisi siswa.

“Kami sangat khawatir dengan situasi ini. Bagaimana mungkin siswa dapat belajar dengan baik jika proses asesmen tidak dapat dilakukan di sekolahnya sendiri?” ungkap anggota DPRD Sintang tersebut pada Minggu, (29/10/2023).

Kondisi ini juga mendapat pengakuan dari beberapa kepala sekolah yang mengekspresikan kekhawatiran mereka terhadap kesulitan sekolah dasar dalam melaksanakan proses asesmen intern di sekolah masing-masing. Mereka berharap agar pemerintah segera mengatasi masalah ini dan memberikan bantuan kepada sekolah.

Meskipun pemerintah telah melakukan upaya untuk mendukung pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan, namun beberapa sekolah masih belum terjangkau program-program tersebut. Senen Maryono bertekad untuk terus mengawasi dan mendorong pemerintah untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan bagi sekolah dasar yang masih memerlukan.

“Anak-anak sekolah saat ini memiliki keterampilan IT yang lumayan baik, tetapi belum semua sekolah dilengkapi dengan laboratorium, komputer, dan bahkan ada yang kesulitan mendapatkan sinyal jaringan internet. Dengan internet, guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan,” ungkapnya.

Senen juga menyoroti keterlibatan langsung siswa dalam Assessment Nasional berbasis komputer untuk menilai kualitas pendidikan di sekolah masing-masing. Meskipun kegiatan ini diadakan secara merata di SD, namun terdapat sekolah yang masih kesulitan, seperti SDN 18 yang menumpang di SDN 7 Sintang.

Berita ini menggambarkan ketidakmampuan kepala sekolah dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk Assessment Nasional berbasis komputer di sekolah mereka sendiri. Kepala sekolah SDN 18 Sintang, Hj. Amisyah, secara jujur mengakui kekurangan fasilitas dan mengusulkan agar siswanya mengikuti tes di sekolah dasar lain yang memiliki fasilitas memadai.

Dalam menanggapi situasi ini, terdapat beberapa masalah yang perlu ditangani. Pertama, sekolah harus menilai kembali kebutuhan fasilitas untuk memastikan penyediaan fasilitas yang memadai di masa mendatang. Kedua, harus ada solusi jangka pendek agar siswa tetap dapat mengikuti tes secara merata dan adil. Walaupun kerjasama dengan sekolah lain merupakan langkah positif untuk sementara, hal tersebut tidak boleh menjadi solusi permanen.

Peran pemerintah dalam perbaikan fasilitas pendidikan di sekolah-sekolah sangatlah penting. Diperlukan alokasi dana yang memadai dan strategi pengembangan infrastruktur yang terencana untuk memastikan setiap sekolah memiliki fasilitas yang memadai, termasuk dalam hal ini fasilitas untuk Assessment Nasional berbasis komputer.

Dalam jangka panjang, penting bagi seluruh komunitas sekolah untuk bekerja sama dan mencari solusi berkelanjutan untuk masalah ini. Dengan demikian, setiap siswa dapat mengikuti proses penilaian dengan adil dan merata, tanpa terkendala oleh kurangnya fasilitas.

(***)