admin pada SINTANG
10 Nov 2023 20:39 - 3 menit reading

Inovasi Pencegahan Stunting: DPRD Kabupaten Sintang Merancang Program Sibicantin untuk Masa Depan Berkualitas

SINTANG, RS – Kabupaten Sintang di Kalimantan Barat tengah giat memerangi stunting, dengan angka terendah sebesar 18,7 persen pada tahun 2023. Namun, sisa 14 persen yang menjadi target nasional pada 2024 masih menjadi tantangan. Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Sintang memimpin upaya ini, tidak hanya memusatkan perhatian pada 1.000 hari pertama kehidupan, tetapi juga meluncurkan program inovatif yang dimulai dari masa remaja dan calon pengantin.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang secara resmi menyalakan semangat pencegahan stunting dengan merancang program inovatif. Langkah ini diambil untuk menanggulangi tingginya prevalensi stunting di kalangan balita yang semakin meningkat.

Menurut data dari Dinas Kesehatan setempat, angka stunting di Kabupaten Sintang pada tahun 2023 memang sudah terendah di Kalimantan Barat, yakni 18,7 persen, tetapi sisa 14 persen yang menjadi target nasional masih mengkhawatirkan. Stunting dapat berdampak serius pada pertumbuhan dan perkembangan anak, serta menyebabkan gangguan kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu, DPRD Kabupaten Sintang merasa perlu mengambil tindakan nyata dalam menangani permasalahan ini.

Lim Hie Soen, salah satu anggota DPRD Kabupaten Sintang, menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam upaya pencegahan stunting. “Stunting bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan, Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, atau pemerintah daerah. Tetapi, juga merupakan tanggung jawab kita semua sebagai warga Kabupaten Sintang. Dengan melibatkan institusi pendidikan, tenaga kesehatan, dan masyarakat umum, kita bisa menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan optimal anak-anak,” ungkapnya.

Program ini mencakup berbagai aspek, mulai dari penyuluhan tentang gizi seimbang hingga pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil dan menyusui.

Maryadi, Kepala Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kabupaten Sintang, menjelaskan bahwa program intervensi gizi dan pelayanan kesehatan menjadi langkah penting sebelum calon pengantin melangsungkan pernikahan, bertujuan mencegah stunting sejak dini.

“Program intervensi gizi dan pelayanan kesehatan penting dilakukan sebelum calon pengantin melangsungkan pernikahan. Calon pengantin ini perlu didampingi agar calon pengantin wanita siap untuk hamil, dan kesehatan calon pengantin pria menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan,” terang Maryadi.

Pendampingan calon pengantin dimulai tiga bulan sebelum pernikahan dengan persiapan khusus. Calon pengantin di Kabupaten Sintang diwajibkan mengikuti pendidikan pranikah dan menjalani pemeriksaan kesehatan. Salah satu tujuannya adalah mencegah penyakit menular yang dapat ditularkan kepada pasangan dan anak saat berumah tangga. Program ini diberi nama “Sibicantin,” singkatan dari strategi pencegahan stunting melalui bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di Kabupaten Sintang. Program Sibicantin ini akan segera dilaksanakan.

“Kami yakin program Sibicantin mampu mengatasi stunting dari hulunya. Untuk menjalankan program ini, kami akan bekerja sama dengan Kementerian Agama Kabupaten Sintang, Kantor Urusan Agama di kecamatan, dan tokoh agama di Kabupaten Sintang. Selain itu, kami juga akan menyusun buku pedoman yang akan dibagikan kepada tokoh agama, petugas kesehatan, dan puskesmas,” tambah Maryadi.

Wakil Bupati Sintang, Melkianus, menyampaikan dukungan atas pelaksanaan program Sibicantin ini untuk menurunkan stunting sesuai target, dimulai dari tahap pra nikah.

“Ini adalah terobosan yang baik untuk mengejar target 14 persen angka stunting di Kabupaten Sintang. Program bimbingan pra nikah ini wajib dilaksanakan oleh semua calon pengantin dari semua agama. Materi bimbingan juga menarik dan bermanfaat yang harus diketahui oleh calon pengantin yang akan menikah,” ujar Melkianus.

Dengan demikian, pencegahan stunting juga menjadi pengetahuan bagi calon pengantin, dan tentunya anak-anak yang lahir dari keluarga baru ini bebas dari stunting. Meskipun demikian, program bimbingan calon pengantin ini tidak boleh mengabaikan program lain untuk menurunkan stunting. “Ada banyak program untuk menurunkan stunting, semua program harus dijalankan secara bersamaan,” tegas Melkianus.

(***)