SINTANG, RS – Kelangkaan gas elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Warga mengeluhkan sulitnya memperoleh gas melon tersebut di pangkalan resmi maupun warung pengecer, bahkan dalam beberapa hari terakhir, pasokan nyaris tidak tersedia.
Tak hanya langka, harga gas melon juga mengalami lonjakan signifikan. Dari harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp18.000 per tabung, kini warga terpaksa membeli dengan harga antara Rp30.000 hingga Rp35.000. Kondisi ini semakin memberatkan masyarakat yang sangat bergantung pada elpiji bersubsidi untuk kebutuhan sehari-hari.
Menanggapi situasi tersebut, anggota DPRD Kabupaten Sintang, Anastasia, melontarkan kritik keras terhadap pemerintah daerah yang dinilai lamban merespons persoalan.
Ia menegaskan bahwa kelangkaan ini merupakan persoalan serius yang menyangkut kebutuhan pokok warga dan tidak boleh diabaikan.
“Saya prihatin dengan situasi ini. Pemerintah daerah seharusnya tanggap, karena ini menyangkut kebutuhan dasar masyarakat. Jangan sampai rakyat dirugikan akibat kelalaian dalam pengawasan dan lemahnya kontrol di lapangan.” ujarnya pada senin (21/7).
Ia mendesak Pemerintah Kabupaten Sintang segera melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke seluruh pangkalan dan memastikan tidak ada penyimpangan dalam distribusi.
Anggota DPRD Sintang, Anastasia juga meminta agar data penyaluran gas elpiji 3 kg ditelusuri secara menyeluruh guna mengungkap kemungkinan adanya penyalahgunaan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
“Jika ditemukan pelanggaran, jangan ragu untuk mencabut izin pangkalan yang terbukti melakukan praktik curang,” tegasnya.
Ia berharap pemerintah daerah bertindak cepat agar kelangkaan ini tidak berlangsung lama dan harga gas elpiji 3 kg dapat kembali stabil. Ia juga mengajak masyarakat untuk turut serta melaporkan jika menemukan indikasi penyelewengan di lapangan.
