SINTANG, RS – Wakil Bupati Sintang Sudiyanto memimpin pelaksanaan Coffee Morning Siaga Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Langkau Kita Rumah Dinas Wakil Bupati Sintang, Jumat 23 Juli 2021.
Sudiyanto menyampaikan Peraturan Bupati Sintang tentang Tata Cara Pembukaan Lahan di Kabupaten Sintang memang masih jauh dari sempurna sehingga masukan dan saran dari Forkopimda sangat penting untuk pihaknya terima.
“Paling tidak Perbup ini akan jauh lebih sesuai dengan kondisi saat ini. Kami bahkan siap menerima saran dan masukan secara tertulis. Silakan diantar ke Bagian Hukum Setda Sintang,” ucap Sudiyanto.
“Saya ini berasal dari keluarga petani. Kedua orangtua saya juga petani peladang. Saya ingat waktu kecil dulu, kalau mau bakar ladang itu, pasti ramai-ramai. Setiap pemilik ladang membuat sekat api yang lebar, membuat ladang pada lahan yang berada di antara kebun karet sehingga harus ekstra hati-hati,” tambahnya.
Sudiyanto melihat saat ini jumlah orang yang masih berladang semakin sedikit. Sebab masyarakat sudah berpendapat, tidak berladangpun masih bisa beli beras.
“Itu perubahan yang tanpa paksaan siapa pun. Berladang inipun saya lihat sudah tidak semua kecamatan lagi, sebenarnya kalau ada pemetaan, bisa terlihat daerah mana peladang yang banyak. Misalnya di Kecamatan Sepauk, yang masih banyak warga yang berladang itu di Sepauk Hulu sedangkan di Sepauk Tengah dan Hilir sudah berkurang,” ujar Sudiyanto.
Dikatakan Sudiyanto di beberapa kecamatan lain berladang juga sudah berkurang. “Kita tidak ingin ada proses hukum bagi peladang ini yang menyita waktu dan biaya. Adanya perbup ini dan sosialisasi yang masif harus kita lakukan. Yang buka ladang sampai 2 hektarpun sudah tidak ada. Lahan semakin sempit, itu pun diantara kebun karet mereka. Pelan-pelan mereka juga pindah ke lokasi yang rawa-rawa atau sawah ala kampung. Dan supaya menjadi sawah yang benar tentu perlu proses,” jelas Sudiyanto.
Berdasarkan pengalaman dirinya sebagai petani, Sudiyanto mengatakan jika kayu yang ditebang sudah besar dan kayu serta ranting sudah mati, asapnya tidak terlalu banyak dan bakar ladangnya pun cepat selesai.
“Yang menyebabkan banyak asap ini, daunya belum terlalu kering. Ini pengalaman saya. Cara membakar juga harus kita sosialisasikan teknisnya, seperti mulai membakar dari pinggiran keliling lahan sehingga apinya mundur dan bertemu ditengah, bawa orang yang banyak dan warga yang diajak semua membawa hand sprayer yang terisi air. Kita berharap sekian tahun ke depan berkurang terus meneruslah jumlah orang yang berladang dan beralih ke sawah menetap,” pungkasnya. (*)